Kamis, 28 September 2017

Rezeki di Tangan Allah

Rezeki di Tangan Allah


SubhanAllah... jika Allah sudah berkenan memberikan rizki kepada saya...., saya mah tidur aja di rumah..., atas izin Allah, rezeki akan didatangkan oleh Allah ke tempat tidur saya, tanpa ada yang dapat menahannya (kan saya sedang sakit, saya tidur dirumah, eh tahu-tahunya banyak teman-teman saya pada bawa makanan dan buah-buahan ke tempat tidur saya… hehehe…). tetapi, jika Allah tidak berkenan untuk memberikan rizki kepada saya, saya banting tulang siang dan malam, kerja keras tanpa kenal lelah secara habis-habisan, maka tidak akan datang tuh rizki kepada saya (dan tidak ada yang dapat membantu sesuatu apapun kepada saya).

Memang siapa yang berani menentang mau-Nya Allah???, andai seluruh jin, seluruh manusia dan seluruh malaikat bersekutu dan bersatu padu untuk menentang mau-Nya Allah, niscaya remeh dihadapan Allah...!!!, (sungguh inilah tauhid yang benar...).

Apa yang disebut ikhtiar bagi kebanyakan orang ialah “bekerja keras sekuat tenaga dan maksimal berusaha untuk mencari dunia”, tapi ikhtiar menurut saya ialah “menuruti mau-Nya Allah sehingga Allah menjadikan dunia sebagai budak saya, sebagai fasilitas yang Allah sediakan untuk saya, agar mempermudah saya untuk beribadah kepada Allah dan memenuhi mau-Nya Allah”


Kebanyakan orang berbicara bahwa ‘mencari rizki’ adalah ibadah, tetapi setelah saya lihat, kebanyakan orang kok lupa yah dengan sholat ketika mencari rizki, asyik dengan mencari rizki sampai-sampai tidak mendegar atau malah pura-pura tidak mendengar jika Allah memanggil (adzan), mencari rizki tidak didahulukan dengan menyebut nama Allah (bismillah) terlebih dahulu, mencari rizki (yang katanya disebut sebagai ibadah) tapi kok lupa dengan yang memberi rizki (yaitu Allah), apakah cara-cara seperti ini masih pantas jika ia menyebut ‘mencari rizki itu adalah sebuah ibadah???’, yang mana yang ibadah?, apakah menuruti perintah boss dan melalaikan perintah Allah itu disebut ibadah?, apakah meninggalkan suami, istri, anak-anak dan keluarga setiap hari demi memenuhi sebuah  perintah pekerjaan diluar kota itu ibadah?, apakah saban waktu hanya untuk dihabiskan untuk bekerja di kantor, siang dan malam hari itu ibadah? wah saya kira nggak deh.... (ini menurut saya loh..., maap yah klo ada yg beda...). dunia mah perlu diambil tetapi tidak perlu untuk dikejar-kejar sedemikian rupa…, Allah lah yang harus dikejar, jangan sampai kita jauh dari Allah karena dunia sudah mengalahkan kita dari Allah.

Kalau saya ditanya..., atau saya bertanya kepada teman-teman semua, seperti ini: ‘rizki ditangan siapa ???’ mesti jawabannya sama semua dan serentak pula.... iya bener jawabannya adalah ‘Allah’..., rizki itu ditangan Allah. (kita sudah sama-sama sepakat bahwa rizki itu ditangan Allah dan datangnya dari Allah bukan yang lain, bukan selain Allah)

Kalau memang jawaban itu adalah jawaban yang benar-benar datangnya dari pengetahuan, iman dan kejujuran, mestinya tidak ada yang berani nyolong, tidak ada yang berani nipu, tidak ada yang berani tidak jujur. selain tidak berani, juga tidak merasa perlu. kenapa?? kan... rizki datangnya dari Allah kenapa juga mesti begitu-begitu amat nyari rizki...,??, kan tinggal mendekatkan diri kepada Allah aja (kepada yang maha memiliki dan yang maha membagi-bagikan rizki) maka terbukalah rizki itu, karena Allah sendiri yang nyuruh kita untuk meminta kepada Allah tidak kepada yang lain (tidak kepada selain Allah).

Tetapi pada kenyataannya?? saya tidak percaya bahwa rizki itu dari Allah. sehingga masih mencari lewat jalan-jalan yang bukan jalan-Nya, dan masih mencari dengan cara-cara yang bukan dengan cara-Nya.

Saya dan sebagian yang menjawab bahwa rizki itu dari Allah, pun kurang meyakinkan bila dilihat dari lidahnya. Ngakunya sih, iya. bahwa semua juga mengaku bahwa rizki itu dari Allah...., pertanyaan selanjutnya, kalau memang tahu dan sadar rizki itu dari Allah, kenapa lalu meninggalkan Allah?? melupakan Allah?? melalaikan Allah??, atau minimal, mengapa tidak terlalu mengistimewakan Allah??? duh aneh.... padahal sudah saling sepakat bahwa Allah lah yang menguasai rizki dan yang mengatur rizki dan yang membagi-bagikan rizki kepada seluruh makhluk (inget yah seluruh makhluk)...

Contoh : ketika Allah memanggil (adzan berkumandang), tanda yang Maha Memberi Rizki memanggil. apa yang terjadi?? saya, kita, dan temen-temen semua seperti tidak mengenal rizki yang saya, kita dan teman-teman semua makan datang nya dari Allah. cuek aja..., tidak bergegas, tidak takut akan tidak dibagi rizki oleh Allah...., Allah manggil (adzan) yah biasa saja (pikiran yang sangat konyol dalam diri saya ialah.... ‘ah baru adzan ini, blm iqomat’.... yang lebih konyol lagi ‘ah... sholatkan bisa setiap hari...., ini kerjaan lagi nanggung nih, besok-besok tidak bisa...’ subhanAllah... Allah karim... otak saya memang tumpul, sudah puluhan ribu tahun tidak diasah sehingga karatan 25 kilometer sepertinya....!!)

Beda sekali jika yang memanggil itu boss saya..., begitu dipanggil.., detik itu juga meluncur datang ke mejanya, keruangannya. takut sekali jika tidak memenuhi panggilannya, takut begini..., takut begitu... (subhanAllah.... ancurr.... ancurr....!!!, saya memang ancur...)

Saya yang sudah janjian meeting dengan pimpinan, akan takut sekali tidak tepat waktu, apa lagi sampai telat. masuk bareng dengan pimpinan saja, rasanya sungkan. kepala divisi saya, kepala bagian saya, sebagian BOD saya, akan menyarankan kepada saya, kalau bisa sudah hadir 15 menit sebelum rapat dimulai. supaya jangan kedahuluan sama yang punya perusahaan, jangan sampai keduluan sama dirut.....

Bagaimana dengan Allah?? katanya rizki itu dari Allah??? katanya yakin bahwa bisa bekerja dan berusaha karena Allah. bahkan lebih jauh lagi, saya menyadari dan tahu bahwa hidup ini pun sejatinya pemberian Allah. lengkap dengan segala apa yang menjadi fasilitas hidup ini. tetapi sama Allah tidak ada pengistimewaannya.... (subhanAllah.....)

Sama Allah sebenernya saya ini sudah janjian..., janjian apa?? janjian sholat minimal... sebagai seorang hamba Allah, saya tahu betul akan jadwal sholat... itulah jadwal janjian saya dengan Allah..., tetapi saya malah menghindar, bukan malah harusnya tambah kangen.., setelah subuhan kangen waktu duha, setelah duha kangen dengan waktu zuhur, setelah zuhur kangen dengan ashar, setelah ashar kangen dengan waktu maghrib, setelah maghriban kangen dengan waktu isya, setelah isya kangen dengan waktu tahajjud, setelah tahajjudan tidak pengen melepas tahajjud kecuali menyertakan dengan witir, baca al-qur'an dan beristighfar..... (subhanAllah.... Allah karim.....)

Saya rindu Allah, sebab di waktu-waktu itulah kebersamaan saya dengan Allah..., bener sih setiap saat Allah bersama saya... tapi kalau di waktu-waktu prime time saya tidak bisa mengistimewakan Allah, apa iya saya bisa merasa bisa bersama Allah terus??

Orang yang butuh modal akan melakukan apa saja agar permohonan modalnya itu dikabulkan.... sedangkan Allah?? Allah sudah memberi tanpa saya minta, tapi kemudian saya berjalan seakan-akan saya tidak mengenal Allah.... tinggal bersyukur doang, ternyata saya tidak mampu.... subhanAllah... Allah karim.... saya mohon ampun, beribu ribu ampun ya Allah.... ya rozzaq

SUMBER TULISAN :
Tulisan ini diambil dari Buku Berjudul "Sedekah Membabi Buta Jilid1" Penulis Edi Sutisna, buku bisa didapat di Gramedia di seluruh Indonesia

BLOG:
santunan-rutin-1000-yatim.blogspot.com
yatim-jompo-duafa-cpa.blogspot.com
1bulan-mekkah-madinah.blogspot.com
belajar-menulis-membaca-alquran.blogspot.com
kata-motivasi-edisutisna.blogspot.com

Donasi Peduli Yatim Jompo Duafa :

Rek. Mandiri : 123-00-0493453-7 an. Edi Sutiasna
Rek. BCA: 6910-2424-72 an. Edi Sutiasna
Rek. BRI: 0942-01-001519-50-5 an. Edi Sutiasna
Konfirmasi : SMS ke No 0856-1250-882 (Ketik "Nama + alamat +

jumlah transfer + ketik DAKWAH 100% ALLAH)

Info :
Tlp/SMS : 0856-1250-882
WhatsApp : 0888-1450-670
BBM Pin:7568916D atau BBM Pin:595A4A68

Dokumentasi foto dan Video di website :
www.club-pecinta-alquran.com
www.gerakkan-sedekah-membabibuta.com
www.dokumentasi-cpa.com
www.youtube.com/user/EdiSutisnakerens/videos
www.dailymotion.com/edi-sutisna










Created by. Edi Sutisna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar