Saya Keluar dari Tempat Kerja Karena Malu Sama Allah
Sekitar tahun 2005 saya bekerja di
perusahaan swasta yang bergerak di bidang IT (Information Technology).
Waktu itu posisi
saya ialah mirip-mirip seperti kuli IT (posisi yang tidak begitu penting atau
mungkin tidak dianggap).
Suatu ketika
saya tercengang oleh suatu kejadian dan memilih keluar dari tempat kerja
lantaran saya malu kepada Allah.
Sungguh.., saya benar-benar malu sama Allah, saya tersungkur lemas dan tak
berdaya karena kejadian ini, ini dia ceritanya
(selamat menikmati !!!)
CERITA :
Ditempat saya
bekerja, Saya disediakan fasilitas ruangan yang lumayan nyaman, yang berisi 1
komputer (diatas meja), 1 telpon yang terhubung langsung dengan boss, 1 laptop
untuk dibawa-bawa (bisa dibawa pulang juga loh..., lumayan buat nonton film
karena hobi saya nonton...., walaupun itu bukan laptop saya tapi saya
menikmatinya ^_^)
Teman-teman di
kantor lumayan banyak (mungkin berjumlah ratusan orang), tetapi anehnya
mayoritas mereka (teman-teman saya) selalu sibuk dengan berbagai urusannya
masing-masing, sibuk dengan kerjaan-kerjaan yang seakan-akan tidak pernah
selesai waktu demi waktu…, walhasil, walaupun saya mempunyai ratusan teman
dikantor, tetap saja saya seperti tidak memiliki teman, jarang ngobrol, jarang
menyapa, menyapa hanya sesekali saja itupun karena ada urusan (tentu saja bukan
urusan pribadi melainkan urusan kantor). Mungkin ada lah satu dua teman satu
meja yang akrab, tetapi sebatas akrab dalam urusan makan siang yang selalu
bersama-sama.
(di ruangan
kerja....) “tiiittttt..... tiiittt..... tiiittt.....” (bunyi suara telpon di
ruangan kerja saya. Saya angkat telpon…,)
Boss : “Edi....
kamu ke ruangan saya ya !!” tuuutttt....
(tuttt itu suara telpon yang ditutup). (suara boss yang nadanya berat penuh
wibawa... sangat menakutkan dan tegang...)
Ternyata Bos
saya menelpon tepat di ruangan tempat saya bekerja...., dan anehnya, si Bos
tidak mau tahu, itu yang ngangkat telpo saya atau bukan..., dan langsung
ditutup dengan segera tanpa basa basi...., bahkan saya pun belum sempat bilang
‘hallo..’
Waktu itu posisi
saya sedang mengerjakan pekerjaan yang menurut saya penting (padahal aslinya,
itu untuk kepentingan perusahaan si Bos...., bukan untuk kepentingan pribadi
saya).
Tanpa banyak berfikir
saya langsung sigap menghadap boss dengan berlari kencang dan meninggalkan
pekerjaan saya itu...., tergesa-gesa siap dan sedia. (istilah kepolisiannya sih
‘siap kapten perintahmu adalah tugasku....’), padahal sejatinya si Bos tidak
bilang "sekarang....!!!" atau tidak bilang "Cepatttt.....!"