Jumat, 06 Oktober 2017

Ilmu Ikhlas

Ilmu Ikhlas




SubhanAllah...
”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam”

”Barang siapa yang menyebut ‘La ilaha illAllah’ dengan ikhlas pasti masuk surga”, ‘Barangsiapa yang akhir perkataannya la ilaha illallah, maka ia akan masuk surga”. (HR.Ahmad & Abu Daud)’, ‘Barangsiapa mati dan dia mengetahui bahwasanya Laa ilaaha illallah, maka dia akan masuk surga.’ (HR. Muslim)’, ‘Tidaklah bertemu Allah seorang hamba yang membawa kedua kalimat syahadat dan dia betul-betul tidak ragu-ragu kecuali dia masuk surga.’ (HR. Muslim),
 Apakah jika saya mengharapkan surga-Nya Allah saya disebut tidak ikhlas??

Apakah jika Allah mengiming-imingkan kepada saya dengan surga-Nya Allah untuk mengerjakan sesuatu, lantas saya percaya kepada Allah dan mengerjakan sesuatu karena Allah akan memberikan saya surga-Nya, maka saya disebut tidak ikhlas??, dan ini salah??

Apakah jika saya percaya (beriman) kepada perkataan Allah lantas saya menjadi bersemangat untuk mengejar sesuatu dan berharap agar Allah mau memberikan surga kepada saya, dan saya disebut tidak ikhlas??

Apakah saya tidak boleh mengharapkan sesuatu dari Allah??, (apakah saya hanya boleh mengerjakan sesuatu tanpa mengharap apapun dari Allah?) sedangkan Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu, Allah maha mengabulkan sesuatu, dan sedangkan Allah menyuruh saya untuk meminta hanya kepada-Nya bukan kepada yang lain (selain Allah). Jika saya masih disalahkan juga dan dibilang tidak ikhlas karena mengharapkan sesuatu dari Allah, tega benar sih....!!?? (memangnya kemana lagi saya meminta pertolongan jika saya sedang dalam kesusahan dan mempunyai hajat??, memangnya ada yah yang bisa mengabulkan permohonan saya selain Allah??, dan yang lebih berkuasa selain Allah, emang ada??)

Sepertinya harus diteliti lebih dalam dan perlu diralat deh.... kata-kata “ibadah mah ibadah saja, jangan meminta/berharap sesuatu kepada Allah..., meminta sesuatu kepada Allah itu tidak ikhlas namanya (kan berharap)...” (kalau seperti ini bahasanya.., kasihan dong saya, tidak ada tempat untuk mengadu dan tidak ada tempat untuk meminta..., padahal banyak sekali kebutuhan-kebuthan dan hajat saya...)


Yah dari pada pusing, mending kita simak kisah yang satu ini yah mengenai ilmu ikhlas

CERITA 1 : si Budi
Ada seorang anak yatim, yang sedang sakit. Di ujung gang, dan si Budi tergerak ingin memberi ibu anak yatim ini, 100 ribu rupiah sebagai sedekah. 

Si Budi jalan diam-diam, no body knows. Tidak ada yang tahu. Bahkan si Budi pun menyengaja tidak memberi tahu siapapun. Budi sembunyikan segala niatan nya.... Hanya Allah saja yang tahu.

Budi ambil amplop, lalu budi selipkan uang Rp. 100 ribu tersebut. si Budi sengaja memilih jalan menuju rumah si yatim di saat langit begitu sunyi dihiasi sinar sempurna rembulan. dengan alasan: Benar-benar supaya tidak ada yang tahu, bahwa di tangan Budi tergenggam amplop putih berisi uang 100 ribu untuk si yatim.

Andai pun ada orang yang menegur: “Hendak kemana wahai anak muda?”, Niscaya Budi hanya akan jawab dengan senyuman saja tanpa berkata-kata. Menghindari pertanyaan selanjutnya. Kalaupun perlu menjawab, si Budi hanya akan menjawab: “Sedang menikmati malam dan gemerlapnya bintang”.

Lalu, di depan pintu rumah si yatim, Budi pun menikmati kesendirian amal. Benar-benar tidak ada yang tahu. Sementara budi meyakini bahwa Malaikat-Malaikat Allah yang bersih hatinya lah yang menatap lekat perilaku budi dan mencatatnya bahwa amal ini mutlak milik Allah dan dipersembahkan hanya untuk Allah semata.

Melalui lubang kecil di bawah pintu, yang berjarak hanya setengah centi dari tanah, budi masukkan amplop tersebut.. Amplop ini hanya bertuliskan: “Dari hamba Allah”.

Bahkan amplop itu masih berisi sedekah dalam bentuk yang lain. Yakni sedekah dalam bentuk sekalimat doa: “Semoga Ananda diberikan kesembuhan, dan ibu memiliki keberkahan memelihara anak yatim”.

Tapi ya hanya sampai di situ. Benar-benar sampai di situ. Tidak ada ketukan pintu yang kemudian menjadi kesempatan buat budi memberi tahu si penghuni rumah bahwa ada amplop terselip dibawah pintu. ‘Tidak…!. 

Amal ini begitu sunyi. Sesunyi malam yang dipilih. dan sunyi dari kepentingan pribadi...

Inilah yang barangkali disebut Budi dengan “ikhlas” dan juga oleh kebanyakan orang. Berusaha keras menyembunyikan amal, hanya Allah saja yang tahu. Kerahasiaan amal di jaga demikian ketat. Hal-hal apa saja yang menyebabkan amal ini menjadi tetap tersembunyi, benar-benar dilakukan.

CERITA 2 : si Andi
Masih dalam adegan yang sama, kejadian yang sama, dan situasi keadaan yang juga sama dengan cerita 1…..., Cerita 2 ini hanya ingin menambahkan, bahwa ternyata amplop yang diberikan ke anak yatim tersebut ‘tidak kosong’. Melainkan ia ‘berisi’.

Tentu saja bukan berisi uang 100 ribu rupiah. Sebab itu mah sudah jelas bahwa itu amplop berisi 100 ribu rupiah. Cuma, amplop itu tanpa nama. Hanya bertuliskan “Hamba Allah”. Ada sih “isi” nya yang lain selain uang 100 ribu dan bubuhan nama: ‘Hamba Allah’. Yakni bubuhan doa: “Semoga Ananda diberikan kesembuhan, dan ibu memiliki keberkahan memelihara anak yatim”. Tapi, ini amplop sepi dari kepentingan pribadi.

Nah, di cerita 2 ini, ada seorang anak muda yang bernama Andi, yang bergaya sedekah sama. Sama-sama tersembunyi.

Namun anak muda ini berbeda. Anak muda pemberi sedekah ini menambahkan kalimat akhir di amplop tersebut: “... Mohon doa, agar Allah memberikan saya rizki yang banyak yang barokah, dan agar Allah kabulkan hajat saya”. Masih tanpa nama. Hanya tertulis: ‘Hamba Allah’.

----------------
Terasa ada satu pamrih ya? Minta didoakan oleh si penerima sedekah.

Atau teman-teman ada yang mengatakan, yang beginian mah disebutnya bukan pamrih atuh. Sebut saja dengan: Minta doa. Ya, minta doa dari si yatim dan ibunya. Toh, minta doa itu kan tidak salah. Bukan sesuatu yang pamrih. Malah kebaikan adanya. Betul loh, minta doa itu adalah ibadah juga. Bahkan ibadah berganda. Ketika kita minta doa, maka itu akan membuat orang lain mendoakan kita. Itu kan sama saja dengan memberi peluang orang untuk mendoakan orang lain. Dan ketika meminta doa, ada pahala silaturahim juga.

Sebagian teman-teman yang lain lagi berpendapat, minta doa mah, tidak kudu ngasih juga tidak apa-apa. Barangkali demikian. “Cuma, tidak enak aja,” Masa minta tanpa memberi sesuatu? Kalau kita membawa tentengan buat si yatim, bisa menyenangkan hatinya, rasanya si yatim pun begitu dimintain doa jadi tambah enteng dan ikhlas.

Tetap terlihat pamrih ya?
Engga ah.
Ya terserah saja.

---------------------
Dalam hubungannya dengan Allah, jika meminta adalah sesuatu yang bukan saja tidak dilarang, tapi juga malah disuruh, dianjurkan, dan menjadi ibadah. Maka, mestinya sedekah tidak boleh menghalangi seseorang dari meminta. Sebagaimana shalat dan atau amal saleh lainnya yang malah menjadi penambah faktor doa dikabulkan, jika doa itu dilayangkan sehabis mengerjakan/ dibarengi dengan amal saleh.

Jika meminta adalah doa, dan doa adalah ibadah, maka ia bisa berdiri sebagai satu ibadah
tersendiri. Yang tanpa rangkaian ibadah lain, doa menjadi boleh dipanjatkan.

Jika demikian, apakah bisa dikatakan bahwa seseorang yang bersedekah dan berdoa (meminta kepada Allah, mengharap kepada Allah) dia mendapat dua pahala, Pahala bersedekah dan pahala berdoa.

Dan jika bersedekah malah menjadikan seseorang tidak boleh berharap sama Allah, apakah ia boleh kemudian memilih tidak bersedekah saja? Sebab sedekahnya malah menghalanginya meminta sama Allah?

CERITA 3 : si Edi
Masih dalam cerita yang mirip : Ada seorang anak yatim, yang sakit. Di ujung gang. Dan si Edi tergerak memberi ibu anak yatim ini, 100 ribu rupiah sebagai sedekah. 

Berbeda dengan si Budi dan si Andi, si Edi langsung mendatangi rumah seorang ibu yang mempunyai anak yatim tersebut tanpa bersembunyi-sembunyi....

Si Edi berkeyakinan seperti pesan ibunya ‘sambil menyelam minum susu’, (alias sekali mendayung 2 atau 3 pulau bisa terlampaui).. Selain niat bersedekah si Edi juga punya berbagai macam niatan (si Edi berfikir.., lumayan kan 1 kali ayunan langkah bisa mengumpulkan beberapa macam pahala kebaikan). Selain niat bersedekah (pertama), si Edi juga ingin memenuhi perintah Allah dalam bersilaturahmi (kedua), bukankah silaturahmi itu perintah Allah???, bukan cuma itu, si Edi tahu benar bahwa anak-anak yatim itu dimuliakan oleh Allah, maka si Edi berniat mencari keberkahan anak yatim ‘dengan meminta do'anya’ kepada anak yatim dan ibunya... ‘Mohon doa, agar Allah berikan saya rizki yang banyak yang barokah, dan agar Allah kabulkan hajat saya’ (persis seperti si andi layangkan dalam amplop), tidak sampai disitu : setelah pulang Edi pun berdoa kepada Allah agar anak yatim tersebut diangkat penyakitnya, ibunya pun diberikan kesabaran dalam merawat anak yatim tersebut dan tidak lupa Edi berdoa untuk dirinya sendiri agar dimudahkan dalam hidup dan langkah Edi.... (subhanAllah bukankah ini benar-benar, ‘sekali ayunan langkah bisa mengumpulkan beberapa macam kebaikan??’) .

Tunggu dulu, Tidak sampai disini.....!

Setelah beberapa hari (dari mengunjungi anak yatim) pintu rezeki si Edi benar-benar terbuka (mungkin ini karena doa dari si anak yatim dan sedekahnya, karena Allah memuliakan anak yatim) subhanAllah....

Si Edi berfikir (‘saya tidak boleh senang sendirian nih...!’), si Edi kemudian bercerita kepada adiknya, kakaknya dan seluruh keluarganya, si Edi berkata ‘kalau rezeki kamu mau terbuka dan hajat kamu ingin dikabulkan Allah..., maka perbanyaklah bersedekah dan senangi hati anak yatim’. Walhasil adiknya pun mengikuti (dan Edi pun mendapatkan pahala kebaikan dari adiknya) dan adiknya mendapatkan kejadian yang sama persis seperti si Edi, yaitu ‘terbuka rizkinya dan lancer urusannya’

Tunggu dulu, masih ada nih…. Hehehe… Tidak sampai disini lagi....

Edi pun memberi tahukan kepada siapa saya yang bisa diberitahu, mengajak kepada siapa saja yang bisa diajak dan menjadikan ‘sedekah’ sebagai sebuah metode dan solusi, karena kejadiannya terus berulang dan berulang kepada siapa saja yang melakukannya... dan Edi pun menyebarluaskan kepada teman-temannya dan menjadikan sebuah tulisan agar diikuti oleh pembaca yang ingin mengharapkan pertolongan Allah.... (walhasil Edi pun mendapatkan pahala yang tak terhingga karena orang-orang yang mengikuti anjuran Edi untuk bersedekah...., dan orang-orang yang mengikuti Edi pun mendapatkan wasilah yang baik…., subhanAllah...)

Masa iya sih, jika saya menjalankan perintah Allah disebut tidak ikhlas??
Masa iya, saya mengajarkan suatu ilmu (ilmu-Nya Allah) disebut tidak ikhlas??
Masa iya, saya mencari-cari pahala kebaikan yang banyak, disebut tidak ikhlas??
Masa iya, saya mengharapkan pertolongan Allah disebut tidak ikhlas??

Saya jadi  teringat ada seorang ibu bertanya kepada saya seperti ini :
Ibunda yang bertanya :
Apa benar dengan bersedekah kita boleh berdoa untuk diri sendiri apa ini tidak egois.... sedang yang disedekahkan jelas bukan haknya (sekedar titipan Allah)?”

Jawaban seorang Edi :
Sangat.. sangat... sangat... dianjurkan ‘setelah bersedekah kita berdoa’.., justru harus....!!, karena akan menjadi nilai plus untuk kita (yaitu ibadah sedekah dan ibadah berdoa)... dan sangat-sangat manjur sekali setelah bersedekah lalu kita berdoa, ribuan orang telah membuktikannya, termasuk diri saya pribadi.

Ilustrasinya begini :
-          Sedekah itu bagus (dan dianjurkan oleh Allah)
-          Berdo'a itu bagus (dan sangat dianjurkan oleh Allah)
-          Sedekah lalu berdo’a (meminta kepada Allah) itu lebih bagus lagi, (orang lain meminta kepada Allah (berdo’a) tanpa didahului dengan amal lain, maka kita berdo’a didahului dengan amal lain (amal sedekah). Orang lain menyebut ini pamrih kepada Allah, tatapi kita menyebut ini sebuah keyakinan kepada Allah karena Allah lah yang mengabulkan segala sesuatu dan Allah yang memerintahkan kepada kita untuk banyak bersedekah dan banyak berdo’a (dan kita pun mendapatkan 2 pahala. Pahala bersedekah dan pahala berdo’a).

Coba bandingkan yah : lebih baik mana??, sedekah tanpa berdoa atau berdo'a tanpa sedekah atau sedekah dan berdoa ??, (pastinya lebih bagus sedekah dan berdo'a...)
-          Berdoa itu sangat.. sangat... dianjurkan... 
-          Berdo'a menunjukan kita memang butuh Allah...,  (bedanya kita dengan Allah ialah, kalau kita dimintai secara terus menerus oleh orang lain, maka diri kita akan kesal dan berbicara begini ‘kamu minta terus?, usaha dong!’…., justru kalau Allah gini…., kita meminta kepada Allah secara terus menerus maka Allah sangat senang, karena Allah sendiri yang menyuruh kita untuk meminta hanya kepada-Nya, bukan kepada selain Allah, dan kata Allah meminta (berdo’a) itu adalah ibadah…, jadi kita sangat-sangat dianjurkan banget-banget untuk meminta kepada Allah.., semakin banyak dan semakin sering kita meminta kepada Allah maka itu semakin baik dan bagus dan Allah pun semakin senang dipinta…, (Nabi Muhammad saw bersabda: “Doa itu adalah ibadah” Kemudian beliau membaca: Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (HR. Titrmidzi)
-          Maka kita meminta hanya kepada Allah, bukan kepada selain Allah, berharap hanya kepada Allah bukan kepada selain Allah (inilah tauhid)... 
-          Kalau kita tidak boleh meminta kepada Allah..., lalu...., kita minta kepada siapa ?, sedangkan yang dapat mengabulkan sesuatu itu hanya lah Allah... (bkn yang lain, yang lain tidak bisa mengabulkan apapun....) semua.., segala sesuatu... seluruh kejadian... total kehendak dan kemauannya Allah...
-          Allah menyuruh kita untuk meminta sebanyak mungkin hanya kepada Allah..., bukan yang lain (bukan selain Allah...., inilah tauhid)
-          Allah itu Esa, Tunggal, Satu, dan tidak mempunyai teman atau sekutu...
-          Allah itu maha mengabulkan, tidak ada yang bisa mengabulkan selain Allah... (sama sekali tidak ada....,) siapa coba yang bisa???? tidak ada???
-          Meminta sesuatu kepada selain Allah.... itu namanya syirik.... karena kita menganggap...., Allah lemah..., tidak bisa mengabulkan...., maka kita mencari-cari sekutu selain Allah yang dapat mengabulkan sesuatu....(ini mungkin secara tidak sadar...)
-          Syirik itu dosa yang paling-paling dan amat besar dan tidak ada dosa yang besar pasti Allah memaafkan kecuali dosa syirik... syirik tidak akan diampunia Allah (karena Allah cemburu....)

Jadi kita harus banyak-banyak berdoa (meminta) kepada Allah.... Selain doa-doa kita akan dikabulkan...., doa ialah ibadah.... pahalanya sangat besar.... dan doa ialah bukti bahwa kita meng-Esakan Allah...., tidak ada tuhan selain Allah. Tidak ada yang kita sembah kecuali Allah..., tidak ada yang kita minta kecuali meminta hanya kepada Allah....

Pesan Guru kepada saya :
Berbicara mengenai ikhlas, Saya jadi teringat pesan guru saya kepada saya, beliau bertanya kepada saya :
1.      Apakah hukum jika ada seseorang bersedekah agar ingin dilihat orang lain?, dia akan bersedekah jika dilihat orang (mungkin karena ingin dipuji, dibilang hebat, ingin dihargai orang dan lain-lain terlintas dihatinya)? Maka saya jawab “orang itu riya dan tidak ikhlas”
Subhanallah diluar dari dugaan saya, ternyata jawaban saya itu salah…, dan jawaban sang guru mencengangkan saya (memang beda tipis antara riya, ikhlas, dan tidak ikhlas tetapi jawaban sang guru sungguh mengagetkan saya)

Inilah jawaban guru saya : “orang ini telah syirik kepada Allah”, orang ini telah menduakan Allah. Orang ini telah meng-alihkan yang tadinya sesuatu itu untuk Allah, sesuatu yang menjadi hak Allah, sekarang menjadi untuk manusia. Yang seharusnya ibdadah untuk Allah sekarang ibadahnya untuk manusia.

2.      Pertanyaan kedua dari sang guru ialah : “Apa hukum jika ada seseorang yang ia dari rumah sudah punya niatan untuk bersedah dimasjid, setelah sampai dimasjid, maka ia tidak jadi bersedekah (menggagalkan sedekahnya) karena masjid itu ramai, jadi ia khawatir jika dilihat orang, ia khawatir terbesit dihatinya berbuat riya (ingin dipuji) dan menjadi tidak ikhlas sedekanya?

Maka saja jawab… “orang ini ingin bersedekah dengan ikhlas hanya semata karena Allah, ia takut berbuat riya dan ikhlas maka ia menggagalkan sedekahnya”

Maka lagi-lagi jawaban sang guru mengagetkan saya, jawaban sang guru ialah : “orang ini justru telah berbuat riya”…, karena awalnya (sewaktu di rumah), ia mempunyai niatan, niat karena Allah, Allah melihat itu. Tetapi setelah dimasjid, banyak orang dan ia berfikir akan terbesit riya dihatinya. Disinilah letak riya nya, dia melakukan sesuatu sudah bukan karena Allah lagi tetapi sudah karena manusia (diawal memang karena Allah tetapi dipertengahan sudah berubah niatan karena manusia, dia takut kepada manusia, dia takut jika manusia memujinya), padahal Allah masih melihat dia dari rumah juga sampai ia memasuki masjid, tetapi ia malah tidak melihat Allah, bahkan lebih mempertimbangkan penglihatan manusia).

Maka triknya begitu : “Ikhlas itu adanya diawal, ditengah, dan diakhir”. Awal mulanya ia dirumah ingin bersedekah karena Allah, maka setelah sampai dimasjid ‘stikomahkan niatan itu’ (sesungguhnya perasaan was-was ialah dari syaitan), apapun yang akan terjadi hanya untuk Allah. Andai kata ada orang yang memuji kita dengan sedekah kita, maka pujian itu datangnya dari Allah, biarkan saja pujian itu dan tetapkan hanya berharap kepada Allah bukan kepada manusia manusia, kita tidak berharap pujian tetapi pujian itu sendiri yang datang kepada kita.

Dipertengahan kita sudah melalui tahapan ikhlas karena Allah, maka teruslah berniat karena Allah sampai akhir (jangan mengagalkan amalan karena manusia).

3.      Apakah kita setelah bersedekah boleh mengharapkan sesuatu dari Allah?, tentu saja boleh karena sandaran kita hanyalah kepada Allah. Tanpa bersedekah kita meminta (kepada Allah) itu diperbolehkan, kenapa setelah kita bersedekah kita menjadi tidak boleh meminta (berdo’a) kepada Allah??

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Sodaqoh yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi Saw menjawab, “Saat kamu bersodaqoh hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari)

Dibagian ini “saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya”, dibagian ini adalah sesuatu yang berharap ingin menjadi seorang yang kaya maka kita dianjurkan untuk bersedekah.

Alhamdulillah…, mudah-mudahan faham yah dengan keterbatasan ILMU yang saya miliki… mudah-mudahan Allah meridhoi kita semua dan jangan lupa doakan untuk penulis yah? Assalamu’alaikum wrwb.



SUMBER TULISAN :
Tulisan ini diambil dari Buku Berjudul "Sedekah Membabi Buta Jilid1" Penulis Edi Sutisna, buku bisa didapat di Gramedia di seluruh Indonesia

BLOG:
santunan-rutin-1000-yatim.blogspot.com
yatim-jompo-duafa-cpa.blogspot.com
1bulan-mekkah-madinah.blogspot.com
belajar-menulis-membaca-alquran.blogspot.com
kata-motivasi-edisutisna.blogspot.com

Donasi Peduli Yatim Jompo Duafa :

Rek. Mandiri : 123-00-0493453-7 an. Edi Sutiasna
Rek. BCA: 6910-2424-72 an. Edi Sutiasna
Rek. BRI: 0942-01-001519-50-5 an. Edi Sutiasna
Konfirmasi : SMS ke No 0856-1250-882 (Ketik "Nama + alamat +

jumlah transfer + ketik DAKWAH 100% ALLAH)

Info :
Tlp/SMS : 0856-1250-882
WhatsApp : 0888-1450-670
BBM Pin:7568916D atau BBM Pin:595A4A68

Dokumentasi foto dan Video di website :
www.club-pecinta-alquran.com
www.gerakkan-sedekah-membabibuta.com
www.dokumentasi-cpa.com
www.youtube.com/user/EdiSutisnakerens/videos
www.dailymotion.com/edi-sutisna











Created by. Edi Sutisna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar