SubhanAllah...
”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam”
”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam”
”Barang siapa yang menyebut ‘La ilaha illAllah’ dengan ikhlas pasti masuk surga”, ‘Barangsiapa yang akhir perkataannya la ilaha illallah, maka ia akan masuk surga”. (HR.Ahmad & Abu Daud)’, ‘Barangsiapa mati dan dia mengetahui bahwasanya Laa ilaaha illallah, maka dia akan masuk surga.’ (HR. Muslim)’, ‘Tidaklah bertemu Allah seorang hamba yang membawa kedua kalimat syahadat dan dia betul-betul tidak ragu-ragu kecuali dia masuk surga.’ (HR. Muslim), Apakah jika saya mengharapkan surga-Nya Allah saya disebut tidak ikhlas??
Apakah jika Allah
mengiming-imingkan kepada saya dengan surga-Nya Allah untuk mengerjakan sesuatu,
lantas saya percaya kepada Allah dan mengerjakan sesuatu karena Allah akan
memberikan saya surga-Nya, maka saya disebut tidak ikhlas??, dan ini salah??
Apakah jika saya
percaya (beriman) kepada perkataan Allah lantas saya menjadi bersemangat untuk
mengejar sesuatu dan berharap agar Allah mau memberikan surga kepada saya, dan
saya disebut tidak ikhlas??
Apakah saya
tidak boleh mengharapkan sesuatu dari Allah??, (apakah saya hanya boleh
mengerjakan sesuatu tanpa mengharap apapun dari Allah?) sedangkan Allah Maha
berkuasa atas segala sesuatu, Allah maha mengabulkan sesuatu, dan sedangkan Allah
menyuruh saya untuk meminta hanya kepada-Nya bukan kepada yang lain (selain
Allah). Jika saya masih disalahkan juga dan dibilang tidak ikhlas karena
mengharapkan sesuatu dari Allah, tega benar sih....!!?? (memangnya kemana lagi
saya meminta pertolongan jika saya sedang dalam kesusahan dan mempunyai
hajat??, memangnya ada yah yang bisa mengabulkan permohonan saya selain Allah??,
dan yang lebih berkuasa selain Allah, emang ada??)
Sepertinya harus
diteliti lebih dalam dan perlu diralat deh.... kata-kata “ibadah mah ibadah saja,
jangan meminta/berharap sesuatu kepada Allah..., meminta sesuatu kepada Allah
itu tidak ikhlas namanya (kan berharap)...” (kalau seperti ini bahasanya..,
kasihan dong saya, tidak ada tempat untuk mengadu dan tidak ada tempat untuk
meminta..., padahal banyak sekali kebutuhan-kebuthan dan hajat saya...)
Yah dari pada
pusing, mending kita simak kisah yang satu ini yah mengenai ilmu ikhlas
CERITA 1 : si Budi
Ada seorang anak
yatim, yang sedang sakit. Di ujung gang, dan si Budi tergerak ingin memberi ibu
anak yatim ini, 100 ribu rupiah sebagai sedekah.
Si Budi jalan
diam-diam, no body knows. Tidak ada yang tahu. Bahkan si Budi pun menyengaja
tidak memberi tahu siapapun. Budi sembunyikan segala niatan nya.... Hanya Allah
saja yang tahu.
Budi ambil
amplop, lalu budi selipkan uang Rp. 100 ribu tersebut. si Budi sengaja memilih jalan
menuju rumah si yatim di saat langit begitu sunyi dihiasi sinar sempurna
rembulan. dengan alasan: Benar-benar supaya tidak ada yang tahu, bahwa di
tangan Budi tergenggam amplop putih berisi uang 100 ribu untuk si yatim.
Andai pun ada orang
yang menegur: “Hendak kemana wahai anak muda?”, Niscaya Budi hanya akan jawab
dengan senyuman saja tanpa berkata-kata. Menghindari pertanyaan selanjutnya.
Kalaupun perlu menjawab, si Budi hanya akan menjawab: “Sedang menikmati malam
dan gemerlapnya bintang”.
Lalu, di depan
pintu rumah si yatim, Budi pun menikmati kesendirian amal. Benar-benar tidak
ada yang tahu. Sementara budi meyakini bahwa Malaikat-Malaikat Allah yang
bersih hatinya lah yang menatap lekat perilaku budi dan mencatatnya bahwa amal
ini mutlak milik Allah dan
dipersembahkan hanya untuk Allah semata.
Melalui lubang
kecil di bawah pintu, yang berjarak hanya setengah centi dari tanah, budi
masukkan amplop tersebut.. Amplop ini hanya bertuliskan: “Dari hamba Allah”.
Bahkan amplop
itu masih berisi sedekah dalam bentuk yang lain. Yakni sedekah dalam bentuk sekalimat
doa: “Semoga Ananda diberikan kesembuhan, dan ibu memiliki keberkahan
memelihara anak yatim”.
Tapi ya hanya
sampai di situ. Benar-benar sampai di situ. Tidak ada ketukan pintu yang
kemudian menjadi kesempatan buat budi memberi tahu si penghuni rumah bahwa ada
amplop terselip dibawah pintu. ‘Tidak…!.
Amal ini begitu
sunyi. Sesunyi malam yang dipilih. dan sunyi dari kepentingan pribadi...
Inilah yang
barangkali disebut Budi dengan “ikhlas” dan juga oleh kebanyakan orang.
Berusaha keras menyembunyikan amal, hanya Allah saja yang tahu. Kerahasiaan amal
di jaga demikian ketat. Hal-hal apa saja yang menyebabkan amal ini menjadi
tetap tersembunyi, benar-benar dilakukan.
CERITA 2 : si Andi
Masih dalam
adegan yang sama, kejadian yang sama, dan situasi keadaan yang juga sama dengan
cerita 1…..., Cerita 2 ini hanya ingin menambahkan, bahwa ternyata amplop yang
diberikan ke anak yatim tersebut ‘tidak kosong’. Melainkan ia ‘berisi’.
Tentu saja bukan
berisi uang 100 ribu rupiah. Sebab itu mah sudah jelas bahwa itu amplop berisi
100 ribu rupiah. Cuma, amplop itu tanpa nama. Hanya bertuliskan “Hamba Allah”.
Ada sih “isi” nya yang lain selain uang 100 ribu dan bubuhan nama: ‘Hamba Allah’.
Yakni bubuhan doa: “Semoga Ananda diberikan kesembuhan, dan ibu
memiliki keberkahan memelihara anak yatim”. Tapi, ini amplop sepi dari kepentingan pribadi.
Nah, di cerita 2
ini, ada seorang anak muda yang bernama Andi, yang bergaya sedekah sama. Sama-sama
tersembunyi.
Namun anak muda
ini berbeda. Anak muda pemberi sedekah ini menambahkan kalimat akhir di amplop
tersebut: “... Mohon doa, agar Allah memberikan saya rizki yang banyak yang barokah,
dan agar Allah kabulkan hajat saya”. Masih tanpa nama. Hanya tertulis: ‘Hamba Allah’.
----------------
Terasa ada satu pamrih ya? Minta didoakan oleh si penerima sedekah.
Terasa ada satu pamrih ya? Minta didoakan oleh si penerima sedekah.
Atau teman-teman
ada yang mengatakan, yang beginian mah disebutnya bukan pamrih atuh. Sebut saja
dengan: Minta doa. Ya, minta doa dari si yatim dan ibunya. Toh, minta doa itu
kan tidak salah. Bukan sesuatu yang pamrih. Malah kebaikan adanya. Betul loh,
minta doa itu adalah ibadah juga. Bahkan ibadah berganda. Ketika kita minta
doa, maka itu akan membuat orang lain mendoakan kita. Itu kan sama saja dengan
memberi peluang orang untuk mendoakan orang lain. Dan ketika meminta doa, ada
pahala silaturahim juga.
Sebagian teman-teman
yang lain lagi berpendapat, minta doa mah, tidak kudu ngasih juga tidak
apa-apa. Barangkali demikian. “Cuma, tidak enak aja,” Masa minta tanpa memberi
sesuatu? Kalau kita membawa tentengan buat si yatim, bisa menyenangkan hatinya,
rasanya si yatim pun begitu dimintain doa jadi tambah enteng dan ikhlas.
Tetap terlihat
pamrih ya?
Engga ah.
Ya terserah
saja.
---------------------
Dalam hubungannya dengan Allah, jika meminta adalah sesuatu yang bukan saja tidak dilarang, tapi juga malah disuruh, dianjurkan, dan menjadi ibadah. Maka, mestinya sedekah tidak boleh menghalangi seseorang dari meminta. Sebagaimana shalat dan atau amal saleh lainnya yang malah menjadi penambah faktor doa dikabulkan, jika doa itu dilayangkan sehabis mengerjakan/ dibarengi dengan amal saleh.
Dalam hubungannya dengan Allah, jika meminta adalah sesuatu yang bukan saja tidak dilarang, tapi juga malah disuruh, dianjurkan, dan menjadi ibadah. Maka, mestinya sedekah tidak boleh menghalangi seseorang dari meminta. Sebagaimana shalat dan atau amal saleh lainnya yang malah menjadi penambah faktor doa dikabulkan, jika doa itu dilayangkan sehabis mengerjakan/ dibarengi dengan amal saleh.
Jika meminta
adalah doa, dan doa adalah ibadah, maka ia bisa berdiri sebagai satu ibadah
tersendiri. Yang tanpa rangkaian ibadah lain, doa menjadi boleh dipanjatkan.
tersendiri. Yang tanpa rangkaian ibadah lain, doa menjadi boleh dipanjatkan.
Jika demikian,
apakah bisa dikatakan bahwa seseorang yang bersedekah dan berdoa (meminta
kepada Allah, mengharap kepada Allah) dia mendapat dua pahala, Pahala
bersedekah dan pahala berdoa.
Dan jika
bersedekah malah menjadikan seseorang tidak boleh berharap sama Allah, apakah
ia boleh kemudian memilih tidak bersedekah saja? Sebab sedekahnya malah
menghalanginya meminta sama Allah?
CERITA 3 : si Edi
Masih dalam
cerita yang mirip : Ada seorang anak yatim, yang sakit. Di ujung gang. Dan si Edi
tergerak memberi ibu anak yatim ini, 100 ribu rupiah sebagai sedekah.
Berbeda dengan
si Budi dan si Andi, si Edi langsung mendatangi rumah seorang ibu yang
mempunyai anak yatim tersebut tanpa bersembunyi-sembunyi....
Si Edi berkeyakinan
seperti pesan ibunya ‘sambil menyelam minum susu’, (alias sekali mendayung 2
atau 3 pulau bisa terlampaui).. Selain niat bersedekah si Edi juga punya
berbagai macam niatan (si Edi berfikir.., lumayan kan 1 kali ayunan langkah
bisa mengumpulkan beberapa macam pahala kebaikan). Selain niat bersedekah
(pertama), si Edi juga ingin memenuhi perintah Allah dalam bersilaturahmi
(kedua), bukankah silaturahmi itu perintah Allah???, bukan cuma itu, si Edi
tahu benar bahwa anak-anak yatim itu dimuliakan oleh Allah, maka si Edi berniat
mencari keberkahan anak yatim ‘dengan meminta do'anya’ kepada anak yatim dan
ibunya... ‘Mohon doa, agar Allah berikan saya rizki yang banyak yang barokah,
dan agar Allah kabulkan hajat saya’ (persis seperti si andi layangkan dalam
amplop), tidak sampai disitu : setelah pulang Edi pun berdoa kepada Allah agar
anak yatim tersebut diangkat penyakitnya, ibunya pun diberikan kesabaran dalam
merawat anak yatim tersebut dan tidak lupa Edi berdoa untuk dirinya sendiri
agar dimudahkan dalam hidup dan langkah Edi.... (subhanAllah bukankah ini
benar-benar, ‘sekali ayunan langkah bisa mengumpulkan beberapa macam kebaikan??’)
.
Tunggu dulu, Tidak sampai disini.....!
Tunggu dulu, Tidak sampai disini.....!
Setelah beberapa
hari (dari mengunjungi anak yatim) pintu rezeki si Edi benar-benar terbuka
(mungkin ini karena doa dari si anak yatim dan sedekahnya, karena Allah
memuliakan anak yatim) subhanAllah....
Si Edi berfikir
(‘saya tidak boleh senang sendirian nih...!’), si Edi kemudian bercerita kepada
adiknya, kakaknya dan seluruh keluarganya, si Edi berkata ‘kalau rezeki kamu
mau terbuka dan hajat kamu ingin dikabulkan Allah..., maka perbanyaklah bersedekah
dan senangi hati anak yatim’. Walhasil adiknya pun mengikuti (dan Edi pun
mendapatkan pahala kebaikan dari adiknya) dan adiknya mendapatkan kejadian yang
sama persis seperti si Edi, yaitu ‘terbuka rizkinya dan lancer urusannya’
Tunggu dulu, masih
ada nih…. Hehehe… Tidak sampai disini lagi....
Edi pun memberi
tahukan kepada siapa saya yang bisa diberitahu, mengajak kepada siapa saja yang
bisa diajak dan menjadikan ‘sedekah’ sebagai sebuah metode dan solusi, karena
kejadiannya terus berulang dan berulang kepada siapa saja yang melakukannya...
dan Edi pun menyebarluaskan kepada teman-temannya dan menjadikan sebuah tulisan
agar diikuti oleh pembaca yang ingin mengharapkan pertolongan Allah....
(walhasil Edi pun mendapatkan pahala yang tak terhingga karena orang-orang yang
mengikuti anjuran Edi untuk bersedekah...., dan orang-orang yang mengikuti Edi
pun mendapatkan wasilah yang baik…., subhanAllah...)
Masa iya sih, jika saya menjalankan perintah Allah disebut tidak ikhlas??
Masa iya, saya
mengajarkan suatu ilmu (ilmu-Nya Allah) disebut tidak ikhlas??
Masa iya, saya
mencari-cari pahala kebaikan yang banyak, disebut tidak ikhlas??
Masa iya, saya
mengharapkan pertolongan Allah disebut tidak ikhlas??
Saya jadi teringat ada seorang ibu bertanya kepada saya
seperti ini :
Ibunda yang bertanya :
“Apa benar dengan bersedekah kita boleh
berdoa untuk diri sendiri apa ini tidak egois.... sedang yang disedekahkan
jelas bukan haknya (sekedar titipan Allah)?”
Jawaban seorang
Edi :
Sangat..
sangat... sangat... dianjurkan ‘setelah bersedekah kita berdoa’.., justru
harus....!!, karena akan menjadi nilai plus untuk kita (yaitu ibadah sedekah
dan ibadah berdoa)... dan sangat-sangat manjur sekali setelah bersedekah lalu
kita berdoa, ribuan orang telah membuktikannya, termasuk diri saya pribadi.
Ilustrasinya begini :
-
Sedekah itu bagus (dan dianjurkan oleh Allah)
-
Berdo'a itu bagus (dan sangat dianjurkan oleh Allah)
-
Sedekah lalu berdo’a (meminta kepada Allah) itu
lebih bagus lagi, (orang lain meminta kepada Allah (berdo’a) tanpa didahului
dengan amal lain, maka kita berdo’a didahului dengan amal lain (amal sedekah).
Orang lain menyebut ini pamrih kepada Allah, tatapi kita menyebut ini sebuah
keyakinan kepada Allah karena Allah lah yang mengabulkan segala sesuatu dan Allah
yang memerintahkan kepada kita untuk banyak bersedekah dan banyak berdo’a (dan
kita pun mendapatkan 2 pahala. Pahala bersedekah dan pahala berdo’a).
Coba bandingkan yah : lebih baik mana??, sedekah tanpa berdoa atau berdo'a tanpa sedekah atau sedekah dan berdoa ??, (pastinya lebih bagus sedekah dan berdo'a...)
-
Berdoa itu sangat.. sangat... dianjurkan...
-
Berdo'a menunjukan kita memang butuh Allah..., (bedanya
kita dengan Allah ialah, kalau kita dimintai secara terus menerus oleh orang
lain, maka diri kita akan kesal dan berbicara begini ‘kamu minta terus?, usaha
dong!’…., justru kalau Allah gini…., kita meminta kepada Allah secara terus
menerus maka Allah sangat senang, karena Allah sendiri yang menyuruh kita untuk
meminta hanya kepada-Nya, bukan kepada selain Allah, dan kata Allah meminta
(berdo’a) itu adalah ibadah…, jadi kita sangat-sangat dianjurkan banget-banget
untuk meminta kepada Allah.., semakin banyak dan semakin sering kita meminta
kepada Allah maka itu semakin baik dan bagus dan Allah pun semakin senang
dipinta…, (Nabi Muhammad saw bersabda: “Doa itu adalah ibadah” Kemudian beliau
membaca: Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (HR. Titrmidzi)
-
Maka kita meminta hanya kepada Allah, bukan kepada
selain Allah, berharap hanya kepada Allah bukan kepada selain Allah (inilah
tauhid)...
-
Kalau kita tidak boleh meminta kepada Allah...,
lalu...., kita minta kepada siapa ?, sedangkan yang dapat mengabulkan sesuatu
itu hanya lah Allah... (bkn yang lain, yang lain tidak bisa mengabulkan
apapun....) semua.., segala sesuatu... seluruh kejadian... total kehendak dan
kemauannya Allah...
-
Allah menyuruh kita untuk meminta sebanyak mungkin hanya
kepada Allah..., bukan yang lain (bukan selain Allah...., inilah tauhid)
-
Allah itu Esa, Tunggal, Satu, dan tidak mempunyai
teman atau sekutu...
-
Allah itu maha mengabulkan, tidak ada yang bisa
mengabulkan selain Allah... (sama sekali tidak ada....,) siapa coba yang
bisa???? tidak ada???
-
Meminta sesuatu kepada selain Allah.... itu namanya
syirik.... karena kita menganggap...., Allah lemah..., tidak bisa
mengabulkan...., maka kita mencari-cari sekutu selain Allah yang dapat mengabulkan
sesuatu....(ini mungkin secara tidak sadar...)
-
Syirik itu dosa yang paling-paling dan amat besar
dan tidak ada dosa yang besar pasti Allah memaafkan kecuali dosa syirik...
syirik tidak akan diampunia Allah (karena Allah cemburu....)
Jadi kita harus
banyak-banyak berdoa (meminta) kepada Allah.... Selain doa-doa kita akan
dikabulkan...., doa ialah ibadah.... pahalanya sangat besar.... dan doa ialah
bukti bahwa kita meng-Esakan Allah...., tidak ada tuhan selain Allah. Tidak ada
yang kita sembah kecuali Allah..., tidak ada yang kita minta kecuali meminta hanya
kepada Allah....
Pesan Guru kepada saya :
Berbicara mengenai ikhlas, Saya jadi teringat pesan guru saya kepada
saya, beliau bertanya kepada saya :
1. Apakah hukum jika ada seseorang bersedekah agar
ingin dilihat orang lain?, dia akan bersedekah jika dilihat orang (mungkin
karena ingin dipuji, dibilang hebat, ingin dihargai orang dan lain-lain
terlintas dihatinya)? Maka saya jawab “orang itu riya dan tidak ikhlas”
Subhanallah diluar dari dugaan saya, ternyata
jawaban saya itu salah…, dan jawaban sang guru mencengangkan saya (memang beda
tipis antara riya, ikhlas, dan tidak ikhlas tetapi jawaban sang guru sungguh
mengagetkan saya)
Inilah jawaban guru saya : “orang ini telah syirik
kepada Allah”, orang ini telah menduakan Allah. Orang ini telah meng-alihkan
yang tadinya sesuatu itu untuk Allah, sesuatu yang menjadi hak Allah, sekarang
menjadi untuk manusia. Yang seharusnya ibdadah untuk Allah sekarang ibadahnya
untuk manusia.
2. Pertanyaan kedua dari sang guru ialah : “Apa hukum
jika ada seseorang yang ia dari rumah sudah punya niatan untuk bersedah
dimasjid, setelah sampai dimasjid, maka ia tidak jadi bersedekah (menggagalkan
sedekahnya) karena masjid itu ramai, jadi ia khawatir jika dilihat orang, ia
khawatir terbesit dihatinya berbuat riya (ingin dipuji) dan menjadi tidak
ikhlas sedekanya?
Maka saja jawab… “orang ini ingin bersedekah dengan
ikhlas hanya semata karena Allah, ia takut berbuat riya dan ikhlas maka ia
menggagalkan sedekahnya”
Maka lagi-lagi jawaban sang guru mengagetkan saya,
jawaban sang guru ialah : “orang ini justru telah berbuat riya”…, karena
awalnya (sewaktu di rumah), ia mempunyai niatan, niat karena Allah, Allah
melihat itu. Tetapi setelah dimasjid, banyak orang dan ia berfikir akan
terbesit riya dihatinya. Disinilah letak riya nya, dia melakukan sesuatu sudah
bukan karena Allah lagi tetapi sudah karena manusia (diawal memang karena Allah
tetapi dipertengahan sudah berubah niatan karena manusia, dia takut kepada
manusia, dia takut jika manusia memujinya), padahal Allah masih melihat dia
dari rumah juga sampai ia memasuki masjid, tetapi ia malah tidak melihat Allah,
bahkan lebih mempertimbangkan penglihatan manusia).
Maka triknya begitu : “Ikhlas itu adanya diawal,
ditengah, dan diakhir”. Awal mulanya ia dirumah ingin bersedekah karena Allah,
maka setelah sampai dimasjid ‘stikomahkan niatan itu’ (sesungguhnya perasaan
was-was ialah dari syaitan), apapun yang akan terjadi hanya untuk Allah. Andai
kata ada orang yang memuji kita dengan sedekah kita, maka pujian itu datangnya
dari Allah, biarkan saja pujian itu dan tetapkan hanya berharap kepada Allah
bukan kepada manusia manusia, kita tidak berharap pujian tetapi pujian itu
sendiri yang datang kepada kita.
Dipertengahan kita sudah melalui tahapan ikhlas
karena Allah, maka teruslah berniat karena Allah sampai akhir (jangan
mengagalkan amalan karena manusia).
3. Apakah kita setelah bersedekah boleh mengharapkan
sesuatu dari Allah?, tentu saja boleh karena sandaran kita hanyalah kepada
Allah. Tanpa bersedekah kita meminta (kepada Allah) itu diperbolehkan, kenapa
setelah kita bersedekah kita menjadi tidak boleh meminta (berdo’a) kepada
Allah??
Seorang sahabat
bertanya kepada Rasulullah Saw, “Sodaqoh yang bagaimana yang paling besar
pahalanya?” Nabi Saw menjawab, “Saat kamu bersodaqoh hendaklah kamu sehat dan
dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap
kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk
Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari)
Dibagian ini “saat kamu
takut melarat tetapi mengharap kaya”, dibagian ini adalah sesuatu yang berharap
ingin menjadi seorang yang kaya maka kita dianjurkan untuk bersedekah.
Alhamdulillah…, mudah-mudahan faham yah dengan keterbatasan ILMU yang saya miliki… mudah-mudahan Allah meridhoi kita semua dan jangan lupa doakan untuk penulis yah? Assalamu’alaikum wrwb.
SUMBER TULISAN :
Tulisan ini diambil dari Buku Berjudul "Sedekah Membabi Buta Jilid1" Penulis Edi Sutisna, buku bisa didapat di Gramedia di seluruh Indonesia
BLOG:
santunan-rutin-1000-yatim.blogspot.com
yatim-jompo-duafa-cpa.blogspot.com
1bulan-mekkah-madinah.blogspot.com
belajar-menulis-membaca-alquran.blogspot.com
kata-motivasi-edisutisna.blogspot.com
Donasi Peduli Yatim Jompo Duafa :
Rek. Mandiri : 123-00-0493453-7 an. Edi Sutiasna
Rek. BCA: 6910-2424-72 an. Edi Sutiasna
Rek. BRI: 0942-01-001519-50-5 an. Edi Sutiasna
Konfirmasi : SMS ke No 0856-1250-882 (Ketik "Nama + alamat +
jumlah transfer + ketik DAKWAH 100% ALLAH)
Info :
Tlp/SMS : 0856-1250-882
WhatsApp : 0888-1450-670
BBM Pin:7568916D atau BBM Pin:595A4A68
Dokumentasi foto dan Video di website :
www.club-pecinta-alquran.com
www.gerakkan-sedekah-membabibuta.com
www.dokumentasi-cpa.com
www.youtube.com/user/EdiSutisnakerens/videos
www.dailymotion.com/edi-sutisna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar